Rabu, 27 Juli 2011

Kejutan!

Diantara sekian banyak orang mungkin saya termasuk sebagian yang tidak begitu menyukai kejutan. Ada beberapa hal yang tidak membutuhkan alasan, seperti suka-tidak suka, nyaman-tidak nyaman. Dalam hal ini sebernarnya saya juga tidak punya alasan spesifik kenapa saya tidak menyukai kejutan.

Saya tidak menyukai apapun yang tidak dapat saya kendalikan, dan kejutan jelas-jelas ada diluar kendali saya.

Hanya itu :)

Senin, 11 Juli 2011

Tentang "Move On"

Belakangan kata-kata move on sering sekali beredar di telinga maupun trucap dari mulut saya. Maklum, sedang banyak pemuda (yang menurut istilah populer belakangan) galau di sekitar saya. Rasanya hampir tiap hari saya mendengar dan tidak jarang pula saya berujar, "ayo dong, semangat! Movin' on yuk! Kamu pasti bisa kok" atau kata-kata lain yang merujuk pada tujuan dan kepentingan yang sama.

Menurut pengamatan (dan pengalaman) saya, yang paling penting saat kamu berikrar untuk move on adalah keteguhan hati. Anggaplah move on adalah cita-citamu, nah, keteguhan hatilah yang membawa kamu berhasil meraihnya. Dengan berteguh hati kamu akan mengupayakan apapun untuk dapat mengantarmu meraih cita-cita tadi, kamu akan bekerja keras, berdoa, dan pastinya berusaha sebisa mungkin tidak terbawa arus yang bisa saja menyeretmu jauh dari impianmu tadi.


Kamu adalah seseorang yang sedang mendayung dengan perahu kecilmu di sungai yang berair cukup deras dan berbatu yang adalah alasanmu untuk move on. Dayung dan perahumu inilah keteguhan hatimu, modalmu. Kamu tidak sendirian, ada pendayung lain di sekelilingmu. Mereka inilah yang kamu sebut teman, sahabat. Tujuan akhirmu dan yang lainnya adalah hilir sungai yang tenang, cita-citamu.


Kadang arus yang lewat terlalu deras untuk kita sehingga perahu yang kita tumpangi terbalik dan kita pun jatuh. Beruntunglah kamu punya pendayung lain, sahabat yang akan membantumu kembali ke perahumu saat kamu terjatuh sehingga mampu berjuang lagi untuk move on.

Sayangnya ada suatu ketika dimana tenaga teman-temanmu tidak cukup kuat untuk membantumu bertahan. Saat itulah kamu membutuhkan uluran tangan seseorang dari tepian untuk menarik perahumu keluar dari sungai.

Pada awalnya kamu berontak karena merasa tujuan akhirmu tidak akan tercapai jika kamu keluar dari sungai tadi, bahkan berniat untuk menyeburkan diri ke sungai dan kembali bertarung dengan derasnya jeram. Pada akhirnya seseorang tadi menjelaskan bahwa untuk mencapai hilir sungai kamu tidak perlu berjibaku dengan sungai, bebatuan, dan arusnya. Kamu hanya perlu mengikutinya dengan cara keluar dari sungai, berjalan lewat jalan setapak yang lebih nyaman, dan sampailah kamu di hilir sungai.

Cita-citamu tercapai lewat jalan yang lebih aman, mudah, dan menyenangkan karena bantuan seseorang tadi.

Semestinya

Tidak semua hal harus berjalan semestinya, seperti apa yang kita inginkan dan mungkin juga apa yang orang lain prediksikan. Bahkan ada kalanya kita justru (harus) bersyukur karena ada yang tidak bejalan semestinya.
Hari ini contohnya. Mestinya saya marah, kecewa, sakit hati, dan terlihat sangat manusiawi jika saya merasa DENDAM. Tapi nyatanya saya tidak merasa seperti itu.
Mungkin sebagian sahabat yang mengetahui kisah-dua-tahun saya akan heran dan berpikir, "bagaimana bisa kamu memaafkaannya?" Tapi jujur saja, saya juga tidak tahu mengapa saya dapat memaafkannya. Yang saya tahu adalah semua sudah berlalu. Saya punya kehidupan sendiri sekarang, dan saya rasa dia juga sudah sibuk dengan "mainan" barunya. Lagipula kisah-dua-tahun saya sudah cukup lama berlalu. Buat apa saya menyimpan luka? Luka seharusnya diobati, bukan disimpan, dibiarkan saja untuk jadi kenang-kenangan. Menurut saya.

Saat kamu sudah berhasil memaafkan seseorang, siapapun dan seberapa besarpun makna orang tersebut untuk kamu (di masa lampau), yang tersisa hanyalah rasa kasihan dan simpati atas segala tindakannya yang bersinggungan denganmu, bukan lagi rasa marah, kecewa, dendam, bahkan tersakiti.
Dan saat itulah tanda bahwa kamu sudah berdamai dengan dirimu sendiri, dengan masa lalummu :)

Jadi dalam hal ini, berbahagialah saya karena perasaan saya tidak berjalan semestinya.