Jumat, 26 Maret 2010

26 Maret 2010

Pukul 11.25. Handphone yang berada di sebelahku bergetar. Aku tak lagi terkejut. "Sudah saatnya," pikirku setelah membaca Si Pengirin SMS. Setengah hati ku buka inbox tadi. Bukan karena tidak ingin mengetahui apa isinya, tapi karena aku sudah tahu jika SMS tadi bernada kurang enak.


Bentar lagi kok..
Dua bulan lagi..
Haha
:D

Ganti baju..
Hehe
Nih udah mau berangkat..
Jangan nangis kamu..
Wkwkwk..

Aku tersenyum, getir rasanya. "Secepat ini, ya? Padahal semuanya baru dimulai lagi," aku menghela nafas yang entah sudah keberapa kalinya selama aku menghadap Axioo merahku ini.

Rabu, 24 Maret 2010

Antara Saya, Tepi, Meme, Nike, dan Tunda

XI Is 2, 19 Maret 2010



"Kamu mau jadi The Next ........ ?"

Jujur saja, saat kata-kata itu terlontar aku tidak dapat memikirkan apapun. Otakku membeku seketika.

"Sakit, tahu. Cukup aku aja yang ngerasain. Masa kamu mau buat orang sebaik dia ngerasain hal yang sama?" lanjutnya kemudian.

Well, dengan sukses temanku satu ini membuatku merasa bersalah karena telah melakukan suatu kejahatan besar.

"Kalu kamu memang nggak suka, kenapa kamu bawa dia sejauh ini? Ayolah, kamu harus belajar buka hati. Sampai kapan kamu mau dibayangi bocah itu?" timpal yang lain.

Oh, damn! Aku merasa bak terdakwa yang sedang mendengar tuntutan jaksa ata pelanggaran yang ku lakukan, ditambah semua mata dan konsentrasi pengunjung sidang yang terpaku padaku yang hanya bisa duduk, diam, dan menunduk kaku.

Logika memang menuntutku untuk melawan, membantah semua tuduhan yang dialamatkan padaku. "Bukan begitu maksudku. Aku sedang berusaha melawan bayangan ini semua. Ini bagian dari proses! Butuh waktu! Oleh karena itu, jika permintaan itu datang hari ini, tentu saja aku akan menolaknya. Aku belum mampu!"

"Mengapa tidak? Berapa lama lagi waktu yang kamu minta, yang kamu butuhkan? Waktu selama ini masih kurang buatmu?"

"Yaaaa... Karena memang aku belum siap, terutama untuk waktu dekat ini. Belum terpikir akan melangkah kesana. Entah sampai kapan," jawabku terbata-bata. Ya, aku mencari-cari alasan yang sama sekali tidak kuat. Aku sadar itu.

"Kalau seandainya dalam waktu dekat ini dia memintamu, berarti kamu akan memintanya buat nungguin kamu?"

"Mudah-mudahan tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini," kataku tidak menjawab pertanyaan mereka.

Minggu, 21 Maret 2010

Catatan 17 Maret 2010

Petang ini Anda cukup menggetarkan saya dengan sebuah sapaan yang menurut saya amat tidak beralasan. Bagaimana bisa Anda yang notabene tidak mengetahui apapun, sedikitpun ada apa diantara saya dan dirinya, tiba-tiba mengeluarkan sebongkah besar opini yang saya yakini keliru.

Bukan berarti saya menyalahkan Anda yang beropini, hanya saja saya merasa apa yang Anda lontarkan pada dasarnya hanya sebatas apa yang dapat Anda lihat di permukaan, tanpa tahu masalah apa yang mendasar. Kita memang dibebaskan untuk berasumsi, bukan? Tapi apalah artinya jika diisi dengan sudut pandang sepihak, ditambah lagi tidak ada kapasitas Anda untuk berseru dan menilai demikian.

Jujur saja saya sedikit geli mendengar apa yang Anda lebelkan pada diri saya. Sekali lagi itu hak Anda untuk memberi penilaian atas diri saya. Selama ini saya berusaha untuk bertahan, walau saya tahu perlahan Anda mencibir saya dan dirinya di belakang. Bahkan belakangan Anda menunjukkan rasa antipati itu pada saya dan dirinya. Saat itu pula saya masih tak bergeming karena saya masih menghargai Anda.

Sekarang, setelah semua ini berakhir dengan kondisi yang melenceng jauh dari skenario awal, yang bahkan saya dan dirinya yang selakuk pelakupun tidak memahami bagaimana jalan ceritanya, Anda datang, menghardik saya dengan segalam pemikiran Anda yang menuntut, menuntutnya untuk terus bermain peran, serta memaparkan semua alurnya dihadapan penonton.

Maaf, tidak semudah itu.

Too hard for me and him to tell you all and too complicated for them to understand. Just shut up!

Senin, 08 Maret 2010

empat ratus enam puluh kilometer

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
apa kabar?

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
apa yang sedang kau lakukan saat ini?

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
apa masih ada sedikit sisa tentang diriku dipikiranmu?

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
apa masih tertinggal jejak langkah kakiku dihatimu?

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
masih adakah gambaran masa depan yang selama ini kta lukis bersama?

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
masih terekamkah semua senandung kita?

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
masih ingatkah akan perjalanan kita,
mulai dari kilometer ke-nol hingga ke-empat ratus enam puluh ini?

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
apa arti semua ini untukmu?

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
ke mana arah kemudimu saat ini?

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
apa yang sebenarnya terjadi antara kita?

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
apa hati dan pikiranmu sudah beku karena derajat celcius lingkunganmu?

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
aku harap pagi ini kau menyapaku denagn senyum khasmu.

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
tahukah kamu betapa manisnya ini?

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
tahukah kamu betapa pahitnya ini?

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
aku yakin kamu mengecap getir yang sama.

Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
aku akan selalu mendoakanmu.




Hey, kamu yang ada di kurang lebih empat ratus enam puluh kilometer arah timur sana,
aku (masih) di sini!









Yogyakarta, 02 Maret 2010