Senin, 23 Juli 2012

Persahabatan Bagai ....


Sahabat itu apa sih?
Apa yang harus dilakukan dua orang atau lebih biar pantas disebut bersahabat?

Bisa jadi dua pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang paling sulit jawabannya. Yak, dengan gampang kita melabelkan sahabat pada beberapa orang di sekitar kita, tapi saat disodori dua pertanyaan tadi bisa jawab nggak?

Hmmm bukan mau ngasih definisi apa itu sahabat, dan bagaimana sepantasnya persahabatan itu, tapi mengingat umur yang sudah bukan lagi anak-anak dan sudah hampir kepala dua yang artinya memasuki masa dewasa awal dengan kehidupan yang lebih kompleks lagi rasanya nggak tepat kalau title sahabat ditujukan buat orang-orang yang dekat dengan diri kita, dalam arti intensitas bertemunya besar. Saat intensitas itu berkurang secara otomatis title sabahat juga hilang. Ayolah, sudah bukan anak SD yang menganggap siapa saja  orang yang duduk sebangku adalah sahabat tapi mendadak bukan sahabat lagi kalau sudah nggak duduk sebangku lagi bahkan beda kelas, kan?

Ditengah-tengah aspek hidup yang makin kompleks, tuntutan dan tanggung jawab yang berlipat, serta peer group yang meluas rasanya nggak tepat lagi kuantitas tatap muka jadi parameter persahabatan, tapi kualitas. Bukan berarti menyepelekan kontak, tapi  asalkan ada komunikasi yang berkualitas diantara kontak yang minimal tentu saja chemistry persahabatan juga tidak akan luntur kan. 

Satu lagi, pergaulan manusia tidak hanya sebatas lingkungan keluarga, dan sahabat-sahabatnya. Makin bertambah umur makin banyak lingkungan yang akan dan harus diselami. Lingkungan keluarga dan peer  yang mayoritas adalah teman sekolah saat SMA berkembang  jadi lingkungan keluarga dan peer yang  bisa jadi terdiri dari teman sekolah, teman kuliah, rekan-rekan organisasi, perkumpulan hobi, dll. Jadi bukan berarti diabaikan karena intensitas tidak sesering dahulu, tapi butuh penyesuaian kembali bagaimana waktu yang tetap dan Cuma 24 jam dibagi untuk beberapa aspek kehidupan manusia tadi. Jangan melulu menuntut sahabat selalu ada dan jangan protes kalau sahabat datang disaat merasa kepayahan dan butuh pegangan karena kasarnya sahabat itu tempat sampah. Sorry.

Ada seseorang pernah nulis, “maaf ya aku jarang ikut ngumpul-ngumpul. Bukan berarti kangen atau lupa temen lama, tapi aku memang lagi bener-bener nggak bisa. Tapi sampai sekarangpun nama kalian tetap ada di doaku tiap malam sebelum tidur kok.”
So sweet nggak? Nah, itu baru persahabatan dan kedewasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar