Rabu, 25 Juli 2012

Selftalk

Thanks for ruin my mood. You did it perfectly. Congratulation!
Sama seperti wewangian, tiap lagu juga bisa jadi merepresentasikan seseorang atau suatu kejadian tertentu.

Teenagers - My Chemical Romance sama Remember-nya Disturb mengingatkan saya pada sosok Bernadetta Diajeng Ayu Hardanti. Kecil, kalem, diem, imut, tapi ternyata cadas.

If Ain't Got You punya Alicia Keys sama Nothings Gonna Change My Love for You versi siapapun menggambarkan Rina Karina Kurniawan, kembar ketemu gede yang sekarang udah nggak mirip lagi.

Ten2Five dengan Love is You-nya plus Don't Love You No More (I'm Sorry)-nya Craig David sukses mengingatkan pada sosok Clementine Cathariena Monica Rolly Vonita (semoga nggak typo ya) yang sempat tergila-gila sama dua lagu ini karena ....

Kalau buat Perpetua Ade Maria Teresa Saragih, Miss Independent yang dinyanyiin Ne-Yo sama Single Ladies-nya Beyonce paling pas buat gambarin wanita kribo nan sekseh ini.

There Is - Box Cars Racer sama Jenny - The Click Five yang beberapa penggal liriknya diganti dan dinyanyikan dengan pernuh penghayatan dan emosi itu Fransisca Steffi Heindradi banget.

Nah Jupe dengan Belah Duren yang kontroversial juga memorable kok. Gimana nggak, ditenga-tengah jam belajar yang bener-bener dipake buat belajar karena menetukan kelanjutan sekolah (naik/enggak) plus dijagain Sr. Yosefa sampe ngantuk-ngantuk, Maria malah bikin seger dan nggak fokus karena tiba-tiba gantian nempelin kuping kita satu-satu ke headset yang lagi muter lagu ini. Yang bikin ngakak ya apalagi kalau bukan desahan-desahannya yang huek enggak banget.

Lantai dua ruang tamu Asrama Samirono identik sama "...persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu..." karena sering nggak sengaja kita bisi-bisik nyanyiin lagu itu ditengah hening jam belajar dan akhirnya ketawa. Flip flop!

Lagu Rindu - Kerispatih sama Cinta untuk Mama (nggak tau siapa penyanyinya) ngingetin banget sama kerjaan anak-anak XI Is 2 yang pingin banget liat Ajeng sama Maria nangis gara-gara nggak kuat denger dua lagu itu dan berujung sama salah sasaran. Bukan Maria, tapi Elis yang nangis plus semua anak rantau galauin mama.

Lil' Thing versi Bryan Samuel Alexander dkk plus Generasy Synergy dan video klipnya secara nggak langsung bawa kenangan gimana Monrol suka banget sama BLP dan semacamnya.

Lagu-lagu David Cook dan David Archuleta ngingetin gimana dulu tiduran di kasur Ajeng sambil dengerin lagu duo David ganteng itu.
Sepertinya kumat. Yiak, selamat datang kembali malam-malam panjang.

Berhubung yang biasanya diajak kontak udah ngimpi nggak tau sampai mana, internet nyala tapi juga bingung mau ngapain, akhirnya iseng bukalah semua chat history facebook, y!m, sampe skype. Hasilnya? Sukses deh senyum-senyum sendiri di depan laptop dengan kondisi kamar yang gelap gulita. Lampu kamar udah dimatiin sih.

Mulai dari chatting sekedar basa-basi tanya kabar dan hidup masing-masing yang cuma beberapa kata, tanya-tanya persiapan kuliah, ngomongin biola, curhat colongan, mulai  saling support (walaupun masih basa-basi), bercanda ejek-ejekan nggak jelas, share link yang isinya nggak jelas juga, sampai akhirnya.... (silahkan dikira-kira sendiri ya) intinya kalau ngeliat dari chat history yang bagian awal banget, nggak bakal nyangka kalau diruntut makin kebawah isinya makin berubah drastis kayak sekarang ini.

Senin, 23 Juli 2012



Tiap kali buka home screen pico merah bawaannya senyum-senyum sendiri ngeliat dua sticky notes yang nggak penting tapi nyenyengin ini :)


Terutama yang ini nih....

Persahabatan Bagai ....


Sahabat itu apa sih?
Apa yang harus dilakukan dua orang atau lebih biar pantas disebut bersahabat?

Bisa jadi dua pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang paling sulit jawabannya. Yak, dengan gampang kita melabelkan sahabat pada beberapa orang di sekitar kita, tapi saat disodori dua pertanyaan tadi bisa jawab nggak?

Hmmm bukan mau ngasih definisi apa itu sahabat, dan bagaimana sepantasnya persahabatan itu, tapi mengingat umur yang sudah bukan lagi anak-anak dan sudah hampir kepala dua yang artinya memasuki masa dewasa awal dengan kehidupan yang lebih kompleks lagi rasanya nggak tepat kalau title sahabat ditujukan buat orang-orang yang dekat dengan diri kita, dalam arti intensitas bertemunya besar. Saat intensitas itu berkurang secara otomatis title sabahat juga hilang. Ayolah, sudah bukan anak SD yang menganggap siapa saja  orang yang duduk sebangku adalah sahabat tapi mendadak bukan sahabat lagi kalau sudah nggak duduk sebangku lagi bahkan beda kelas, kan?

Ditengah-tengah aspek hidup yang makin kompleks, tuntutan dan tanggung jawab yang berlipat, serta peer group yang meluas rasanya nggak tepat lagi kuantitas tatap muka jadi parameter persahabatan, tapi kualitas. Bukan berarti menyepelekan kontak, tapi  asalkan ada komunikasi yang berkualitas diantara kontak yang minimal tentu saja chemistry persahabatan juga tidak akan luntur kan. 

Satu lagi, pergaulan manusia tidak hanya sebatas lingkungan keluarga, dan sahabat-sahabatnya. Makin bertambah umur makin banyak lingkungan yang akan dan harus diselami. Lingkungan keluarga dan peer  yang mayoritas adalah teman sekolah saat SMA berkembang  jadi lingkungan keluarga dan peer yang  bisa jadi terdiri dari teman sekolah, teman kuliah, rekan-rekan organisasi, perkumpulan hobi, dll. Jadi bukan berarti diabaikan karena intensitas tidak sesering dahulu, tapi butuh penyesuaian kembali bagaimana waktu yang tetap dan Cuma 24 jam dibagi untuk beberapa aspek kehidupan manusia tadi. Jangan melulu menuntut sahabat selalu ada dan jangan protes kalau sahabat datang disaat merasa kepayahan dan butuh pegangan karena kasarnya sahabat itu tempat sampah. Sorry.

Ada seseorang pernah nulis, “maaf ya aku jarang ikut ngumpul-ngumpul. Bukan berarti kangen atau lupa temen lama, tapi aku memang lagi bener-bener nggak bisa. Tapi sampai sekarangpun nama kalian tetap ada di doaku tiap malam sebelum tidur kok.”
So sweet nggak? Nah, itu baru persahabatan dan kedewasaan.