Waktu di hp dopod jebot saya menunjukkan waktu 14:18 dan saya sedang nge-net di komputer asrama yang terletak di aula.
Duduklah Francisca Steffi di sebelah kiri saya yang sedang dipusingkan dengan tugas sosiologi yang besok sudah harus dikumpulkan, mencari gambar tentang masyarakat multikultural. Saking pusingnya (ditambah panas Jogja yang dasyat) lagu Stasiun Balapan (Didi Kempot) entah sadar atau tidak dilantukan dengan desperate-nya. Hahahhaaa!
Di meja tengah aula sana, adas beberapa kakak asramaku yang sedang makan siang.
*Eh, makan siang asrama hari ini apa, sih?
Sekolah hari ini terlewati layaknya hari biasanya.
Jam pertama dan kedua Bahasa Inggris. Saya ulangan vocab susulan karena saat itu saya tidak masuk. (Maag sialan!)
Jam ketiga dan keempat TIK. Standar.
Jam kelima-keenam BAHASA JEPANG!
Sepertinya Sensei lagi (maaf) kesetanan. Ngamuk-ngamuk terus kerjaannya. Apa ini artinya sensei sudah kembali seperti semula setelah beberapa pertemuan sebelumnya tidak semenyebalkan?
Jam ketujuh seni musik. Akhirnya kami, siswi XI Is 2 untuk pertama kalinya selama semester dua naik ke ruang musik di lantai tiga. Hahahaa!
Saat kami sedang asyik nyanyi ngalor-ngidul, tiba-tiba Meme nyeletuk sambil tertawa,
"Eh, mbok nyanyiin lagu cinta yang nggak direstui!"
Saat itu pemikiran saya melambung ke beberapa waktu silam.
Memang tidak se-ekstrem kata-kata Meme tadi, tapi memang izin dari orang tua yang belum turun membuat kami diam di tempat.
Bukan menyalahkan orang tuanya, dia, atau siapapun, tapi ya memang beginilah kenyataannya.
Walau sempat kami menipu diri kami masing-masing dengan mengatakan semua akan berjalan baik-baik saja,
(dengan tetap memperhatikan saran orang tua bilang "Jangan dulu ya, Nak. Berteman dulu.")
pada akhirnya berakhir juga, kan.
Kami terlalu memaksakan diri. Saat itu kami egois.
Hahahaha!
Cukuplah flash back yang menyakitkan saat itu.
Jam ke delapan agama. Kerja kelompok saat itu terisi dengan guyon-guyon nggak cetha sama Tunda. bocah satu itu memang nggak bisa diem, sih. Ada aja tingkahnya!
Berhubung gado-gado yang saya tunggu sembari membuat tulisan ini sudah datang (Makasih ya, Ajeng!), cukuplah tulisan saya saat ini. Saya sudah lapar.
Makasih yang udah baca tulisan nggak jelas ini...:)
Duduklah Francisca Steffi di sebelah kiri saya yang sedang dipusingkan dengan tugas sosiologi yang besok sudah harus dikumpulkan, mencari gambar tentang masyarakat multikultural. Saking pusingnya (ditambah panas Jogja yang dasyat) lagu Stasiun Balapan (Didi Kempot) entah sadar atau tidak dilantukan dengan desperate-nya. Hahahhaaa!
Di meja tengah aula sana, adas beberapa kakak asramaku yang sedang makan siang.
*Eh, makan siang asrama hari ini apa, sih?
Sekolah hari ini terlewati layaknya hari biasanya.
Jam pertama dan kedua Bahasa Inggris. Saya ulangan vocab susulan karena saat itu saya tidak masuk. (Maag sialan!)
Jam ketiga dan keempat TIK. Standar.
Jam kelima-keenam BAHASA JEPANG!
Sepertinya Sensei lagi (maaf) kesetanan. Ngamuk-ngamuk terus kerjaannya. Apa ini artinya sensei sudah kembali seperti semula setelah beberapa pertemuan sebelumnya tidak semenyebalkan?
Jam ketujuh seni musik. Akhirnya kami, siswi XI Is 2 untuk pertama kalinya selama semester dua naik ke ruang musik di lantai tiga. Hahahaa!
Saat kami sedang asyik nyanyi ngalor-ngidul, tiba-tiba Meme nyeletuk sambil tertawa,
"Eh, mbok nyanyiin lagu cinta yang nggak direstui!"
Saat itu pemikiran saya melambung ke beberapa waktu silam.
Memang tidak se-ekstrem kata-kata Meme tadi, tapi memang izin dari orang tua yang belum turun membuat kami diam di tempat.
Bukan menyalahkan orang tuanya, dia, atau siapapun, tapi ya memang beginilah kenyataannya.
Walau sempat kami menipu diri kami masing-masing dengan mengatakan semua akan berjalan baik-baik saja,
(dengan tetap memperhatikan saran orang tua bilang "Jangan dulu ya, Nak. Berteman dulu.")
pada akhirnya berakhir juga, kan.
Kami terlalu memaksakan diri. Saat itu kami egois.
Hahahaha!
Cukuplah flash back yang menyakitkan saat itu.
Jam ke delapan agama. Kerja kelompok saat itu terisi dengan guyon-guyon nggak cetha sama Tunda. bocah satu itu memang nggak bisa diem, sih. Ada aja tingkahnya!
Berhubung gado-gado yang saya tunggu sembari membuat tulisan ini sudah datang (Makasih ya, Ajeng!), cukuplah tulisan saya saat ini. Saya sudah lapar.
Makasih yang udah baca tulisan nggak jelas ini...:)