Rabu, 24 Februari 2010

24 Februari 2010, Catatan Hari Ini

Waktu di hp dopod jebot saya menunjukkan waktu 14:18 dan saya sedang nge-net di komputer asrama yang terletak di aula.

Duduklah Francisca Steffi di sebelah kiri saya yang sedang dipusingkan dengan tugas sosiologi yang besok sudah harus dikumpulkan, mencari gambar tentang masyarakat multikultural. Saking pusingnya (ditambah panas Jogja yang dasyat) lagu Stasiun Balapan (Didi Kempot) entah sadar atau tidak dilantukan dengan desperate-nya. Hahahhaaa!

Di meja tengah aula sana, adas beberapa kakak asramaku yang sedang makan siang.

*Eh, makan siang asrama hari ini apa, sih?


Sekolah hari ini terlewati layaknya hari biasanya.



Jam pertama dan kedua Bahasa Inggris. Saya ulangan vocab susulan karena saat itu saya tidak masuk. (Maag sialan!)



Jam ketiga dan keempat TIK. Standar.



Jam kelima-keenam BAHASA JEPANG!
Sepertinya Sensei lagi (maaf) kesetanan. Ngamuk-ngamuk terus kerjaannya. Apa ini artinya sensei sudah kembali seperti semula setelah beberapa pertemuan sebelumnya tidak semenyebalkan?



Jam ketujuh seni musik. Akhirnya kami, siswi XI Is 2 untuk pertama kalinya selama semester dua naik ke ruang musik di lantai tiga. Hahahaa!
Saat kami sedang asyik nyanyi ngalor-ngidul, tiba-tiba Meme nyeletuk sambil tertawa,

"Eh, mbok nyanyiin lagu cinta yang nggak direstui!"

Saat itu pemikiran saya melambung ke beberapa waktu silam.

Memang tidak se-ekstrem kata-kata Meme tadi, tapi memang izin dari orang tua yang belum turun membuat kami diam di tempat.
Bukan menyalahkan orang tuanya, dia, atau siapapun, tapi ya memang beginilah kenyataannya.

Walau sempat kami menipu diri kami masing-masing dengan mengatakan semua akan berjalan baik-baik saja,
(dengan tetap memperhatikan saran orang tua bilang "Jangan dulu ya, Nak. Berteman dulu.")
pada akhirnya berakhir juga, kan.

Kami terlalu memaksakan diri. Saat itu kami egois.

Hahahaha!
Cukuplah flash back yang menyakitkan saat itu.



Jam ke delapan agama. Kerja kelompok saat itu terisi dengan guyon-guyon nggak cetha sama Tunda. bocah satu itu memang nggak bisa diem, sih. Ada aja tingkahnya!



Berhubung gado-gado yang saya tunggu sembari membuat tulisan ini sudah datang (Makasih ya, Ajeng!), cukuplah tulisan saya saat ini. Saya sudah lapar.

Makasih yang udah baca tulisan nggak jelas ini...:)

Selasa, 23 Februari 2010

30 November 2009

Blank, kecewa, hopeless, shocked, nggak percaya.
-Semua campur aduk jadi satu sampaisampai aku nggak nemuin katakata yang tepat buat gambarin itu-

Walaupun nggak jelas ada apa sebenernya,
Tapi kayaknya
Jembatan yang hubungkan jarak kuranglebih 490 kilometer itu udah ambruk,
Dan digantikan sama jalan setapak yang jaraknya cuma sekian meter.

Ada yang bilang,
"witing tresna jalaran saka kulina"
(mogamoga aku nggak salah nulis)
Dan ternyata emang bener, kan!
6 bulan bukan waktu yang singkat buat pembuktian pandangan tadi.

Daripada dipusingkan sama sesuatu yang kadang terlalu dingin atau bahkan terlalu menyengat,
Lebih baik sama sesuatu yang bisa berubah jadi apa aja yang diinginkan!

Sesuatu yang begini,
Sesuatu yang begitu,
Sesuatu yang kaya gini,
Sesuatu yang kaya gitu,
Dan sesuatu yang lebih EXTROVERT,
(mungkin!)
sesuatu yang blablabla.

Apapun lah itu,
Aku harap itu yang terbaik.
(yang terbaik kadangkala nggak sesuai sama keinginan kita, kan?)

If there is no Miracle from God for me,
I believe that He will gives the the other miracles!


Kamu tetep kamu.
Aku tetep aku.
(aku harap nggak ada yang berubah)


Memang sudah nggak se perih dulu,
tapi namanya luka yang dalem tetap akan ninggalin bekas, bukan?

Aku sudah maafin kamu,
tapi nggak berarti aku ngelupain semua yang udah kamu kasih,
termasuk yang terakhir ini.


Selamat menikmati duniamu yang baru ini!
Semoga aja kamu sadar ke mana kamu melangkah.





Maaf kalo disini aku pake katakata "sesuatu" yang mungkin sedikit kurang pantes.

Seven Habbits for Teenage by Sean Covey

TOLONGLAH..
DENGARKAN APA YANG
TIDAK KU UCAPKAN





Jangan terkecoh olehku. Jangan terkecoh oleh topeng yang ku pakai. Karena aku memakai topeng, aku memakai seribu topeng, topeng yang takut ku lepaskan, yang tidak satupun adalah diriku. Pura-pura adalah seni yang jadi sifat kedua bagiku, tetapi jangan terkecoh, deh.


..Aku memberikan kesan bahwa aku tenteram, bahwa semuanya beres, baik di dalam batin maupun lingkunganku; bahwa kepercayaan diri adalah ciri-ciriku dan sikap tenang adalah kebiasaanku; bahwa perairannya tenang dan bahwa akulah yang memegang kendali dan aku tidak butuh siapapun. Tetapi jangan percaya, deh; ku mohon.


Aku mengobrol santai denganmu dengan nada basa-basi. Aku katakan segalanya yang sebenarnya tidak ada artinya, yang sama sekali lain dari pada seruan hatiku. Jadi, kalau aku sedang berceloteh, jangan terkecoh oleh apa yang ku ucapkan. Tolong dengarkan dengan seksama dan berusahalah mendengar apa yang tidak ku ucapkan; apa yang ingin dapat ku ucapkan; apa, demi keselamatan, yang perlu ku ucapkan tetapi tidak bisa. Aku tidak suka bersembunyi. Sejujurnya, lho. Aku tidak suka permainan basa-basi yang ku mainkan ini.


Sebenarnya aku ingin tulus, spontan, dan menjadi diriku sendiri; tetapi kamu harus menolong aku. Kamu harus menolong aku dengan mengulurkan tanganmu, sekalipun kelihatannya aku tidak menginginkannya atau membutuhkannya. Setiap kali kamu bersikap baik serta lembut dan memberikan dorongan, setiap kali kamu berusaha mengerti karena kamu sungguh peduli, hatiku bersayap. Sayap kecil, sih. Sayap lemah, sih. Tetapi pokoknya bersayap. Dengan kepekaanmu dan simpatimu serta daya pengertianmu, aku bisa menaggung semuanya. Kamu bisa menghembuskan nafas kehidupan ke dalam diriku.


Pasti tidak mudah bagimu. Keyakinan akan ketidakberhargaan yang sudah lama pasti membangun dinding yang kuat. Tetapi kasih lebih kuat dari pada dinding yang kuat, dan di sanalah letaknya pengharapanku. Tolong usahakan untuk merubuhkan dinding itu dengan tangan-tangan yang kokoh, tetapi lembut. Karena seorang anak itu peka, dan aku ini anak-anak.




Siapa, sih, aku, mungkin kamu bertanya-tanya.


Karena aku adalah setiap pria, setiap wanita, setiap anak-anak..




Setiap manusia yang kamu temui.





-Seven Habbits for Teenage by Sean Covey-

I'm - The New Comer


Perkenalkan, nama saya Lorentia Laras Arganingtyas. Biasanya sih saya dipanggil Laras, tapi ada juga beberapa kawan yang memanggil saya Lorent, atau bahkan dengan beberapa sebutan nyeleneh, seperti Mak Bongki (Tokoh dukun di reality show JTV -Jawa Timur TV), tompel, andeng-andeng (Anda juga pasti tahu apa sebabnya), bahkan Wolfi.

17 Tahun saya dihabiskan di berbagai kota. Mulai dari Jakarta yang merupakan kota kelahiran saya, Sidoarjo, Delanggu (sebuah kecamatan di Klaten-Jawa Tengah) Yogyakarta, kembali lagi ke Sidoarjo, dan pada akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan SMA di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.


Setelah sekian lama terbesit pemikiran untuk membuat blog, akhirnya terealisasi juga.

Nggak jauh beda dengan orang lain yang membuat blog pada umumnya, alasan saya membuat akun ini adalah ISENG!
hahahha!
Kebetulan saya suka menulis, jadi saya pikir ini adalah salah satu saran yang dapat saya gunakan untuk mengapresiasi diri.



Saya rasa sudah cukup perkenalannya.
Terima kasih..:)